Rabu, 20 Januari 2021

Menumbuhkan Rasa Syukur dan Empati Pada Anak

             Sebagai orangtua, pastinya kita menginginkan anak – anak memiliki rasa peduli terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya, bukan? Rasa peduli yang seakan-akan telah luntur di era digital saat ini. Padahal peduli terhadap sesama adalah sebuah rasa yang dahulu sangat kental hadir di kehidupan sehari-hari.  Sebenarnya rasa peduli itu bisa diwujudkan dalam bentuk rasa syukur dan empati.

Rasa syukur harus dimiliki oleh manusia untuk menjadi pribadi yang kuat dan selalu ingat akan anugrah dari Sang Pencipta. Rasa syukur ini dapat ditumbuhkan sedari masa kanak-kanak. Ketika seorang anak sudah terbiasa untuk bersyukur maka kelak dia akan menjadi pribadi yang bisa menghargai dirinya sendiri dan juga orang lain.

Empati tidak mudah hadir dalam pribadi seseorang. Oleh karenanya empati harus mulai ditanamkan di hati anak. Karena empati harus terus dipupuk seiring dengan bertambahnya usia. Sehingga kelak ketika dewasa, anak akan menjadi pribadi yang peduli terhadap orang lain.

Tentu saja seorang anak pasti membutuhkan pendampingan dari orangtuanya untuk menumbuhkan rasa syukur dan empati di hatinya. Nah, berikut ini salah satu contoh menumbuhkan rasa syukur dan empati pada anak yaitu mengajak anak turut serta dalam kegiatan beramal.

Kegiatan beramal seperti apa contohnya? Salah satunya adalah beramal ke panti asuhan. Ketika anak berkunjung ke panti asuhan dia akan melihat sendiri bagaimana anak-anak panti tetap bisa bermain dan belajar meskipun tidak tinggal dengan orang tua kandungnya. Mereka masih memiliki teman sebaya atau ibu pengasuh panti yang pasti tidak kenal lelah mencurahkan kasih sayangnya.

Kita sebagai orangtua tentu saja harus menjelaskan bahwa anak-anak panti tersebut sudah tidak memiliki orangtua kandung. Mereka dirawat di panti oleh ibu pengasuh yang harus berbagi perhatian dengan anggota panti yang lain.  Di sini kita bisa mengajarkan rasa syukur pada anak, karena kondisinya sangat berbeda dengan anak-anak di panti.

Anak kita masih didampingi orangtuanya, masih bisa bertemu setiap hari, masih bisa merasakan kasih sayang setiap hari dari kita. Hal itu tidak bisa dirasakan oleh anak-anak di panti.

Empati anak akan tumbuh ketika kita mengajaknya beramal di panti asuhan anak-anak berkebutuhan khusus. Anak akan melihat secara langsung kondisi teman-temannya yang berbeda. Dia akan menjumpai anak tuna netra, tuna rungu bahkan tuna grahita.

Anak pasti bertanya kenapa mereka berbeda dengan kita? Di sinilah peran kita sebagai orang tua untuk menjelaskan kepada anak bahwa mereka adalah anak istimewa. Anak yang memiliki kebutuhan khusus. Tapi mereka tetap semangat belajar dan bermain satu sama lain. Sampaikan pada anak, bahwa kita yang kondisi normal sudah sepantasnya bersyukur dan membantu mereka yang istimewa.

Dengan mendapat pendampingan langsung dari orangtuanya dan ikut berperan serta langsung dalam kegiatan beramal, anak pasti akan tergugah hatinya untuk mulai belajar bersyukur dan berempati terhadap lingkungan sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nuansa Tempo Dulu di Pasar Pundensari

  Sumber foto : koleksi pribadi Mungkin nama Pasar Pundensari masih terdengar asing di telinga kita semua. Memang pasar ini terletak di Kabu...