Rabu, 15 Desember 2021

Tugu Yogyakarta

    Siapa sih, yang tidak mengenal Tugu Yogyakarta atau sering disebut dengan Tugu Pal Putih? Salah satu icon dari kota gudeg yang menjadi primadona tersendiri bagi pengunjung dan juga penduduk Kota Yogyakarta. Namun, perlu diketahui bahwa tugu yang berdiri gagah di perempatan Jalan Margo Utomo (dulu dikenal dengan Jalan Pangeran Mangkubumi), Jalan A.M. Sangaji, Jalan Jendral Sudirman, dan Jalan Pangeran Diponegoro bukanlah bentuk bangunan aslinya.

    Tugu Yogyakarta pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I yaitu tahun 1756 M dengan bentuk silinder (golong) dengan puncaknya berbentuk bulatan (gilig) sehingga disebut dengan Tugu Golong Gilig. Adapun makna dari bentuk Tugu Golong Gilig adalah semangat persatuan antara rakyat dengan rajanya. Juga sebagai simbol atas filosofi Jawa Manunggaling Kawula Gusti yang bermakna sebagai menyatunya rakyat dengan pemimpinnya dan manusia dengan penciptanya (Tuhannya).

    Pada tahun 1867 M, terjadi gempa bumi hebat yang memporakporandakan Kota Yogyakarta. Tugu Golong Gilig juga menjadi imbas dari gempa tersebut sehingga menyebabkan tugu tersebut runtuh. Kemudian pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII Tugu Golong Gilig direnovasi dan diresmikan pada tanggal 3 Oktober 1889 M. Hanya saja tugu yang selesai direnovasi mempunyai bentuk yang sangat berbeda dengan Tugu Golong Gilig yaitu menjadi bentuk persegi dan berujung lancip. Selain itu tinggi tugu menjadi 15 meter dari yang seharusnya 25 meter.

    Tugu yang baru saja direnovasi disebut dengan Tugu Pal Putih yang sampai saat ini tidak ada perubahan bentuk. Pada keempat sisi tugu terdapat prasasti bertuliskan aksara jawa (hanacaraka) yang menunjukkan proses sejarah pembangunan tugu.

    Di sisi sebelah barat menceritakan pembangunan tugu renovasi pada masa pemerintahan HB VII. Di sisi sebelah timur menceritakan tentang pemerintahan Belanda yang tidak terlibat dalam pendanaan pembangunan renovasi tugu. Prasasti di sisi sebelah selatan menunjukkan gambar padi dan kapas dengan tulisan HB VII yang menjadi lambang resmi yang digunakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Pada sisi utara menceritakan sosok pimpinan pelaksana dan arsitektur pembangunan tugu.







    
Untuk mengingat sejarah pembangunan tugu, maka pada tahun 2015 dibangunlah miniatur Tugu Golong Gilig yang terletak di sebelah tenggara Tugu Pal Putih. Terdapat beberapa keterangan tentang sejarah tugu dan sumbu filosofisnya sehingag diiharapkan pengunjung dan warga Yogyakarta mengetahui sejarah dari Tugu Yogyakarta yang juga sebagai salah satu sumbu filosofis garis lurus antara Gunung Merapi, Tugu Golong Gilig (saat ini menjadi Tugu Pal Putih), Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak dan Laut Selatan.

* Sumber : www.kratonjogja.id dan pengalaman pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nuansa Tempo Dulu di Pasar Pundensari

  Sumber foto : koleksi pribadi Mungkin nama Pasar Pundensari masih terdengar asing di telinga kita semua. Memang pasar ini terletak di Kabu...