Pasar Raya Sewandanan, sumber foto : https://jogja.tribunnews.com/
Kota Yogyakarta merupakan bagian
dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki keistimewaan tersendiri. Salah satunya
adalah penunjukan Gubernur dan Wakil Gubernur secara otomatis sebagai salah
satu bentuk otonomi daerah setingkat provinsi. Sebagai Gubernur DIY adalah Sri
Sultan Hamengku Buwono (saat ini adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X). Sedangkan
sebagai Wakil Gubernur DIY adalah Sri Paduka Paku Alam (saat ini adalah Sri Paduka
Paku Alam X).
Sri Paduka Paku Alam selain
sebagai Wakil Gubernur DIY merupakan pimpinan dari Istana Kadipaten Pakualaman.
Istana Kadipaten Pakulaman terletak di Pura
Pakualaman yang merupakan tempat tinggal Paku Alam beserta keluarganya. Pura
Pakualaman berlokasi di Jalan Sultan Agung. Pura Pakualaman diapit oleh Jalan
Purwanggan (sisi Utara), Jalan Harjono (sisi Timur) dan Jalan Sewandanan (sisi
Selatan).
Tata letak Pura Pakualaman sama
seperti Kraton Yogyakarta, hanya saja lebih kecil. Memiliki Alun Alun Sewandanan
yang dilengkapi dengan pohon beringin kembar. Luas Alun Alun Sewandanan lebih
sempit daripada Alun Alun Selatan. Selain itu terdapat Masjid Besar Pakualaman
yang terletak di sebelah Barat Daya. Masjid ini memiliki arsitektur seperti
Masjid Kraton Yogyakarta hanya saja lebih kecil dan sederhana.
Alun Alun Sewandanan memiliki
makna tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta. Lokasi ini seringkali menjadi
tempat penyelenggaraan Grebeg bersamaan dengan Kraton Yogyakarta. Selain itu
tiap Hari Raya Idul Fitri, di Alun Alun Sewandanan diadakan Sholat Ied
berjamaah. Selesai dari Sholat Ied, Sewandanan akan berubah fungsi menjadi
pasar rakyat.
Yang menjadi ciri khas pasar
rakyat antara lain adalah penjual pasaran dari gerabah. Pasaran adalah Bahasa Jawa
dari mainan masak-masakan bagi anak perempuan. Terdiri dari miniature kompor,
anglo, penggorengan minyak, piring, mangkok, teko, cangkir, dan gelas layaknya perabot
dapur pada umumnya. Hanya saja mainan pasaran yang dijual di Pasar Rakyat
Sewandanan terbuat dari gerabah.
Selain pasaran, yang menjadi
favorit berikutnya adalah pongpongan. Berupa hewan pongpongan yang memiliki
rumah mulai dari berukuran kecil hingga berukuran besar. Biasanya pengunjung
anak-anak akan mencarinya. Seiring dengan makin berkembangnya zaman, sekarang
penjual pongpongan juga menyediakan miniatur rumah yang terbuat dari busa.
Sate kronyos dan mayang merupakan
favorit berikutnya. Meskipun tiap hari bisa ditemui baik di Alun Alun
Sewandanan maupun di tempat lain, namun penjual sate kronyos dan mayang pasti
selalu ramai dikerumuni pengunjung di Pasar Raya Sewandanan. Pengunjung tinggal
pilih, penjual yang akan dituju. Karena penjual sate kronyos dan mayang
tersedia lebih dari tiga orang/
Barang legendaris yang saat ini
sudah mulai sulit ditemukan adalah telur merah atau disebut endhog abang
dalam Bahasa Jawa. Hanya sekedar telur rebus yang diberi pewarna merah sehingga
cangkang telur berwarna merah. Cara menjualnya dengan cara menusuk telur rebus beserta
cangkang merahnya menggunakan tusuk yang terbuat dari sebilah bambu. Kemudian batang
bambu tersebut dihias dengan kertas yang sudah dipotong dan ditempelkan melingkar
pada tusuk bambu. Filosofis dari telur merah adalah kelahiran kembali ke Sang
Pencipta. Budaya telur merah sebenarnya bisa ditemukan pada perayaan Sekaten Kraton
Yogyakarta dan dijual oleh seorang nenek (wanita paruh baya). Namun pada saat kegiatan
Pasar Raya Sewandanan masih bisa dijumpai penjual telur merah meski hanya satu
atau dua orang penjual.
Telur Merah, sumber foto : koleksi pribadi |
Penjual favorit yang setiap hari
bisa ditemukan di Alun Alun Sewandanan adalah rujak es krim. Baik yang sisi
sebelah Barat maupun sisi sebelah Timur. Sangat segar menikmati rujak dengan
toping es krim di tengah hiruk pikuk Pasar Raya Sewandanan.
Masih banyak penjual selain yang
diceritakan di atas. Mulai dari mainan anak-anak, aneka baju anak dan dewasa,
dan beraneka macam jajanan bisa ditemui di Pasar Raya Sewandanan. Yang perlu
diingat adalah kegiatan ini hanya berlangsung dua hari saja yaitu pada tanggal
1 dan 2 syawal saja.
Saat ini, para pedagang harian yang selalu mangkal di Alun
Alun Sewandanan sedang direlokasi ke food court Pasar Sentul berkaitan dengan
penataan Pura Pakualaman. Meski demikian semoga Pasar Rakyat Sewandanan tetap
bisa berlangsung di tahun ini dan seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar