Mungkin nama Pasar Pundensari
masih terdengar asing di telinga kita semua. Memang pasar ini terletak di Kabupaten
Madiun, Jawa Timur. Tepatnya di Jl. Golek Pelempayung, Desa Gunungsari
Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. ( Depan SMA Nglames masuk
gang/gapura).
Pasar ini mulai beroperasi sejak
tahun 2019 (uji coba) dan semakin eksis sampai saat ini. Pasar Pundensari hanya
buka tiap Hari Minggu pagi saja sejak pukul 06.00-11.00 WIB. Meskipun hanya
buka tiap Hari Minggu, namun pengunjung selalu ramai. Memang, ramainya
pengunjung dimulai setelah pukul 07.00 WIB. Jadi lebih baik sebelum pukul 07.00
sudah sampai di sana, sehingga masih lengang untuk menikmati suasana pedesaan
di Pasar Pundensari.
sumber foto : koleksi pribadi |
Jangan dibayangkan Pasar
Pundensari adalah pasar transaksi jual beli sayuran, daging, ayam seperti pasar
tradisional pada umumnya, ya. Pasar Pundensari mengusung konsep jadul dan alami
serta no plastik, menyediakan makanan dan minuman tempo dulu dengan kemasan no plastik.
Sebagian besar kemasan menggunakan daun pisang, daun jati maupun besek (anyaman
bambu).
sumber foto : koleksi pribadi |
Terdapat kurang lebih 17 pedagang
di Pasar Pundensari yang menyedian makanan dan minuman tempo dulu seperti jenang,
bubur, lopis, cenil, grontol, ongol-ongol, jahe hangat, wedang uwuh, dan masih
banyak lagi. Untuk menu makan besar ada nasi pecel, soto, lontong opor, dan
masih banyak lagi lainnya. Para pedagang di dalamnya mengenakan pakaian tempo
dulu seperti Surjan lurik untuk para pedagang laki-laki dan kebaya yang
dipadukan dengan kain jarik untuk pedagang wanitanya. Hanya saja rambutnya tidak
harus disanggul seperti tempo dulu.
sumber foto : koleksi pribadi |
Ada salah satu daya tarik tersendiri
di Pasar Pundensari yaitu alat jual belinya. Dalam proses pembayaran pengunjung
tidak bisa menggunakan uang yang dicetak oleh Bank Indonesia pada umumnya.
Transaksi hanya berlaku jika menggunakan uang bambu yang teah disediakan sebelum
pintu masuk. Anda harus menukarkan uang kertas maupun uang koin dengan bambu
tersebut sesuai dengan nominalnya. Bambu berwarna merah setara dengan uang senilai
Rp. 20.000,-. Bambu berwarana hijau setara dengan uang senilai Rp. 10.000,-.
Bambu berwarna kuning setara dengan uang senilai Rp. 5.000,- dan bambu berwarna
putih setara dengan uang senilai Rp. 2.000,-
Nah, uang bambu inilah yang akan
digunakan dalam transaksi jual beli di Pasar Pundensari. Misalnya Anda membeli ongol-ongol
seharga Rp. 2.000,- maka Anda harus menyerahkan satu buah bambu berwarna putih
kepada si penjual baru kemudian Anda bisa mendapatkan ongol-ongol. Begitu juga
ketika Anda pesan segelas teh jahe seharga Rp. 5.000,- maka teh jahe baru bisa Anda
terima setelah Anda menyerahkan sebuah uang bambu berwarna kuning kepada si
penjual.
sumber foto : koleksi pribadi |
Tepat pukul 07.30 WIB akan
terdengar suara sirine yang menandakan semua aktivitas harus dihentikan. Semua
orang yang berada di Pasar Pundensari harus berdiri dan menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya yang dipimpin oleh petugas. Wah, merinding sekali
untuk melaksanaan ini. Disaat sedang asyik pesan menu yang tersedia, dan belum sempat
membayar maupun menerima pesanan, ketika mendengar sirine berbunyi maka segala
aktivitas apapun bentuknya harus dihentikan.
sumber foto : koleksi pribadi |
Selain semua itu, pada pukul
08.00 WIB pengunjung akan disuguhi bermacam-macam atraksi. Terkadang dihibur
dengan live music keroncong, elektone, cello custic, jaranan cilik dan masih
banyak lagi lainnya. Hanya saja tidak ada jadwal tetap untuk hiburan. Yang jelas
hiburan akan bernuansa Jawa dan berbeda tiap minggunya.
Yuk, nikmati suasana tempo dulu
di Pasar Pundensari…!!!
Waah ini ingetin aku Ama pasar Papringan di Jawa Tengah mba. Sama2 pake uang mainan yg hrs ditukar dulu sebelum belanja. Menarik sih konsepnya yaaa.
BalasHapusAku suka ke pasar begini, apalagi yg dijual banyak makanan tradisional. Susah nemuinyg begitu skr ini😄. Semoga nanti bisa ke pasar ini juga kalo ke Jawa timur